PANDUAN SINGKAT MENDAKI PUNCAK MEKONGGA

     Mekongga merupakan sebuah pegunungan karst yang menyimpan berbagai keindahan dan potensi. Wilayah pegunungan karst tinggi ini, terletak di Propinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Kolaka. Secara geologis wilayah pegunungan ini terbentuk dari atol yang terangkat sekitar ratusan juta tahun yang lalu. Proses ini membentuk kawasan karst dataran tinggi yang sangat indah yang tiada bandingannya di Pulau Sulawesi . Fenomena ini kemudian memberi ruang bagi jenis flora dan fauna yang khas yang kemudian menjadi biota endemic yang hanya terdapat di wilayah ini diantaranya:
1. Anoa dataran tinggi (hewan endemic Sulawesi ), melewati jalur pendakian menuju puncak tertinggi pegunungan ini anda akan menemukan ribuan jejak dan kotoran Anoa, dan jika beruntung anda bisa melihatnya secara langsung. Hampir semua pendaki gunung yang menginjakkan kakinya di puncak gumung Mekongga menjumpai hewan ini.
2. Rangkong Sulawesi, Burung endemic sulawesi yang besar, anda dapat melihatnya terbang dan hinggap di pohon-pohon beringin sepanjang jalur pendakian.
3. Tarsius, hewan kecil yang lincah, suaranya menemani anda di Camp-Camp pinggir sungai.
4. Flora-flora indah, berbagai jenis bunga Angrek dapat anda jumpai sepanjang jalur pendakian, seperti anggrek tanah Sorumeh dengan berbagai warna (khas Sultra), angrek yang menempel dipohon-pohon. Bagi anda pencinta Hoya (tumbuhan gantung) yang berbunga anda dapat melihat Hoya dengan bunga yang besar (merupakan species baru) yang hanya ditemukan diwilayah ini. Anda dapat pula menikmati puncak yang ditumbuhi berbagai jenis pohon Vacsinium dan Medinela dengan keharuman bunganya. Begitu pula berbgai jenis pandan berbunga dan harum.
Apa Tantangan Mendaki Puncak Karst Terindah Ini?
Mendaki puncak tertinggi pegunungan ini, dibutuhkan paling sedikit lima hingga enam hari pulang pergi dijalur yang telah ada. Bagi para petualang sejati kawasan ini menyajikan petualangan yang menantang diantaranya:
1. Menyebrangi sungai Ranteangin yang lebarnya sekitar 20-35 m dengan kedalaman 1-3 m dengan arus yang kuat dan berbatu.
2. Tracking sepanjang hari dengan rute perjalanan pulang pergi menempuh jarak sekitar 60 km mulai dari titik star dengan ketinggian 17 mdpl menuju 2780 mdpl.
3. Survival air, karena puncak-puncak Mekongga adalah bentukan dari batuan karst maka tidak terdapat mata air-mata air disekitar puncak sehingga bagi para pendaki harus membawa persediaan air selama 2 hari, jika tidak anda akan survive dan menunggu hujan turun jika beruntung.
4. Scrambling di puncak-puncak karst yang tajam dengan kemiringan medan yang bervariasi.
5. Caving digua-gua vertical yang belum pernah ditelusuri oleh para caver.

BAGAIMANA SAMPAI DI PUNCAK KARST TERINDAH INI?

Rute perjalanan dan Estimasi Anggaran

Via Pesawat Terbang : Jika anda Warga Negara Asing ( luar Indonesia ) maka tujuan anda adalah ke kota Jakarta ( Bandara International Sukarno Hatta, Cengkareng ). Lalu tujuan penerbangan anda adalah kota Kendari Sulawesi Tenggara ( Bandara Haluoleo ) atau Kota Kolaka ( via Bandara Sangia Nibandera Tanggetada ). Kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan jalur darat kendaraan umum menuju kota Kabupaten Kolaka selanjutnya menuju Desa terakhir ( Desa Tinukari ) atau Base Camp (entry point pendakian).

Jika anda warga Negara Indonesia Luar Sulawesi Tenggara, maka Tujuan Anda Anda adalah kota Kendari (ibu kota Propinsi Sulawesi Tenggara) atau Kota Kolaka ( via Bandara Sangia Nibandera Tanggetada ). Kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan jalur darat kendaraan umum menuju kota Kabupaten Kolaka selanjutnya menuju Desa terakhir ( Desa Tinukari ) atau Base Camp (entry point pendakian).

Jakarta – Kendari , Harga Tiket Pesawat : Tergantung kelas penerbangan dan maskapai penerbangan anda , silahkan kontak dengan maskapai penerbanagan pilihan anda, penerbangan ke kota ini selalu ada setiap harinya .
Jika anda sudah tiba di Kota Kendari, anda kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan jalur darat kendaraan umum menuju kota Kabupaten Kolaka dan selanjutnya menuju desa terakhir atau Base Camp (entry point pendakian). 
Ikuti panduan berikut ;
Dari Bandara Haluoleo kemudian menggunakan taksi ke biro perjalanan Kendari – Kolaka ( Hasnur travel yang terletak di bundaran Mandonga Kota Kendari atau langsung ke terminal Kota Kendari), perjalanan memakan waktu 3 – 4 jam dengan jarak tempuh + 165 km, dengan tariff Rp. 50.000/orang. Setiba di terminal Kolaka, kemudian mengambil rute angkutan darat menuju desa Tinukari Kabupaten Kolaka Utara, perjalanan memakan waktu2 – 3 jam dengan jarak tempuh + 99 km, dengan tariff Rp. 50.000/orang.

Jakarta – Makassar - Kolaka , Harga Tiket Pesawat : silahkan kontak dengan maskapai penerbangan Wings Air ( Maskapai penerbangan yang melayani rute ini ) , penerbangan ke kota ini bisanya selalu ada setiap harinya. Setiba di terminal Kolaka, kemudian mengambil rute angkutan darat menuju desa Tinukari Kabupaten Kolaka Utara, perjalanan memakan waktu 2 – 3 jam dengan jarak tempuh + 99 km, dengan tariff Rp. 50.000/orang. 

Desa Tinukari atau Base Camp (entry point pendakian).
Desa ini dihuni oleh sebagian suku Tolaki Mekongga yang merupakan turunan dari kerajaan Mekongga dan sebagian lagi masyarakat suku pendatang dari daerah Sulawesi Selatan. Desa ini berada di ketinggian + 17 mdpl. Secara administraif, desa Tinukari adalah wilayah Kecamatan Wawo Kabupaten Kolaka Utara.
Sebagian besar penduduk desa Tinukari adalah petani kakao dan kopra. Di desa ini belum ada penginapan ataupun hotel, namun jika kita ingin mendaki ke gunung Mekongga, kita bisa menginap di rumah bapak Kepala Desa, atau menyewa kamar penduduk setempat dengan tariff berkisar Rp.100.000/orang hingga Rp. 150.000/orang perhari.

DESA TINUKARI – CAMP I

Perjalanan mendaki gunung Mekongga, dimulai setelah menyusuri jalan aspal desa sekitar 100 meter, kemudian menyusuri jalan setapak melewati kebun kakao penduduk. Diperjalanan, anda akan bertemu dengan sebuah sungai ( Sungai Ranteangin ) dengan lebar sekitar 10-15 meter dan arusnya cukup deras dengan kedalaman bervariasi 1-1,5 m yang akan di sebrangi sebanyak lima kali.
Anda akan terus menyusuri sungai dan akan mencapai percabangan Sungai Ranteangin dengan Sungai Aala Mosembo. Di percabangan inilah yang disebut sebagai Camp I. Waktu tempuh di jalur ini hanya sekitar 2,5 jam.
Di Camp pinggir sungai ini biasanya para pendaki mendirikan tenda dan beristrahat untuk menikmati air sungai yang jernih dan pemandangan sekitar. Namun Jika di musim hujan, berhati-hatilah, karena volume air biasa meningkat dan sangat berbahaya jika mendirikan tenda di pinggir sungai. Jika anda tidak ingin mendirikan tenda di tempat ini, anda bisa menuju ke rumah penduduk local yang berkebun kakao yang tidak jauh dari Camp pinggir sungai ( Jumarin House ). Di Rumah pak Jumarin ini biasanya para pendaki juga beristrahat dan menginap. Jangan kwatir, pak Jumarin sudah sangat akrab dengan para pendaki, rumahnya pun gratis, jika anda ingin bermalam di tempatnya.

CAMP I – CAMP II
Selepas daerah sungai atau Jumarin House, kemudian menyusuri jalan setapak dan memasuki hutan sekunder yang sudah dijamah manusia, Jalurpun mulai menanjak tajam. Tanaman masih didominasi oleh rotan dan tanaman sejenis perdu dan beringin dan kayu-kayuan. Melewati jalur ini kita disambut dengan kepakan sayap burung Rangkong Sulawesi yang masih banyak dijumpai diatas pohon-pohon beringin. Sekitar 2 jam berikutnya akan sampailah kita dijalur yang dinamakn jalur HBI, yaitu bekas jalan perusahaan logging kayu pernah beroperasi di wilayah ini. Namun di tahun 1996, perusahaan ini tutup setelah diprotes oleh masyarakat akibat kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya.
Sepanjang jalan bekas HBI yang sudah tertutup oleh ilalang dan rotan banyak ditemukan kotoran anoa, yang merupakan hewan endemic sulawesi. Dalam Perjalanan menuju Camp II kita akan sering menjumpai pondok-pondok kayu milik petani kakao yang sudah mulai merambah kawasan hutan Mekongga yang berada pada ketinggian 490 m dpl. Di salah satu rumah kebun penduduk tersebut, kita bisa sekedar singgah untuk beristrahat ataupun jika kita ingin camp ( menginap ). Tempat nginap yang biasa di tempati para pendaki adalah di rumah kebun milik pak Basir ( Basir House ). Tempat ini juga biasa di jadikan camp bagi pendaki yang turun gunung setelah ke puncak..
Jalur pendakian dari Camp I menuju Camp II masih mengikuti jalur jalan bekas HBI. Setelah sekitar 7 jam perjalanan Diketinggian 1.500 m dpl, panorama mulai terbuka, dan kita akan menemukan sumber air di sebelah kiri yang tak pernah kering walau dimusim kemarau. Disekitar tempat itulah biasanya di jadikan CAMP II.

CAMP II – CAMP III
Menuju CAMP III, rute pendakian masih melalui jalur bekas HBI. Untuk sampai ke CAMP III biasanya menhabiskan waktu tempuh sekitar 7 jam lebih. Di CAMP ini biasa kami sebut Gelondongan terdapat sumber air yang berwarna coklat dan masih diatas jalur jalan bekas HBI. Sebelum mencapai CAMP III, pendakian akan melewati sebuah tempat di ketinggian 1.800 m dpl. Di tempat ini kita akan melihat jajaran pegunungan Mekongga ynag begitu eksotik dan dan tampak jelas puncak gunung Osu Mosembo ( salah satu gunung yang merupakan jajaran pegunungan Mekongga) . Sebuah lembah luas yang sangat indah dipandang mata menambah pesona keindahan di tempat ini. Di ketinggian 1.800 m ini tumbuh beragam tumbuhan Vaksinium, sehingga para pendaki menyebutnya Vaksinium Point dengan koordinat 03° 37’ 42,5” LS dan 121° 12‘ 55,6” BT

CAMP III – CAMP IV
Pada jalur ini, perjalanan mulai mendaki puncak-puncak dan menuruni punggungan pegunungan mekongga, sehingga di rute ini disebut naik-turun punggungan. Di rute ini pula melewati hutan dengan suguhan pijakan lumut yang tebal, dan sesekali melewati pijakan batu-batu karst yang khas dari pegunungan ini. Untuk sampai di Camp III di butuhkan waktu sekitar + 8 jam perjalanan, termasuk waktu istrahat dan makan siang di perjananan. Camp III merupakan sebuah dataran disekitar puncak Mekongga, sehingga biasa disebut Camp Kaki Puncak. Dari Camp III ini, puncak tertinggi pegunungan Mekongga terlihat jelas.

CAMP IV – PUNCAK
Puncak Mekongga merupakan batuan karst yang sangat unik, saat mendaki berhati-hatilah pada batuan karst yang sangat tajam. Di rute ini terdapat sebuah liang / gua pendek yang membentuk sebuah ruangan yang biasa dijadikan tempat persinggahan sejenak. Rute pendakian tidaklah panjang, kita hanya membutuhkan waktu paling lama sekitar 30 - 40 menit untuk sampai ke puncak. Tiba di puncak kita akan menemukan pemandangan yang sangat menarik. Dari ketinggian di sebelah baratnya akan terlihat lautan “ teluk bone ” ( jika tak berkabut ). Di ketinggian 2620 dengan posisi koordinat 03° 39’ 51,9” LS dan 121° 14’ 12,5” BT ini pula terdapat tugu alam yang terbuat dari batuan karts akibat pelarutan angin dan hujan, seakan sebagai penanda triangulasi ketinggian dari pegunungan ini. Diatas puncak inilah, keindahan batuan karst terukir secara alami yang membentang seluas setengah lapangan bola. Tempat tertinggi di Sulawesi Tenggara ini adalah puncak karst tertinggi yang paling indah di Sulawesi.
Setelah mencapai puncak, anda boleh pulang dengan waktu tempuh yang lebih cepat yaitu sekitar 2 hari perjalanan, namun jarak yang akan ditempuh pastilah sama ketika anda naik.
Selamat mendaki….

Read More......